Sabtu, 11 Oktober 2008

Krisis Keuangan Yang Dahsyat

Krisis keuangan yang dialami AS saat ini ibarat gunung berapi yang meletus dikarenakan sudah tidak mampu menahan lagi lahar panas yang menumpuk dipuncaknya. Lahar panas keuangan dunia dimotori sektor perumahan AS (Subprime Mortgage) tahun 2001.

Perumahan laku keras karena ditopang pinjaman dengan suku bunga yang sangat rendah. Suku bunga di patok bank sentral AS, bahkan mencapai 1%. Pembeli rumah pada awal tahun 2000-an untung. Setelah dibeli tidak lama kemudian harga melambung tinggi. Juli 2006 puncak harga rumah menjadi 230.200 dollar AS (sekitar Rp 2,070 Miliar), sedang pada awal 2000-an harga rumah hanya 125.000 dollar AS.

Keuntungan 50% dalam 5th untuk negara2 yang inflasi berada dibawah 3% merupakan suatu yg besar dan dahsyat. Bandingkanlan dengan tingkat keuntungan jika menyimpan uang di bank???? Tidak akan bisa lebh dari 3% setahunnya. Hal inilah yang membuat warga AS berbondong2 membeli rumah tidak hanya untuk sarana tempat tinggal tapi untuk sarana investasi.

Warga yang membeli rumah ditawari bank dengan agunan rumah yang masih dicicil. Lebih buruknya lagi pada awal 2000-an terjadi fenomena, dengan membeli rumah bisa kaya mendadak. Warga yg membeli pada awal2 bisa menjual dengan harga tinggi, sehingga selain untung yg didapat tetapi pinjaman di bank jugabisa lunas.

Fenomena tersebut mendorong bank-bank di Eropa ikut member pinjaman, lembaga perbankan berlomba-lomba memberikan pinjamannya. Sehingga terjadilah penumpukan pinjaman bank senilai 1 trilliun dollar AS di perumahan AS. Inilah lahar panas yang memuncak.

Kemudian tahun 2006 harga rumah-rumah tidak bisa naik lagi, sehingga pembeli di akhir2 harus dihadapkan pada cicilan rumah dan pinjaman bank. Ditambah lagi penurunan di sector eknomi sehingga Terjadilah penumpukan gagal bayar disektor perumahan AS dan meledak di September 2008 ini.

Lebih buruknya lagi... krisis ini juga berdampak pada seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Banyak negara2 lain sektor perekonomiannya terpuruk karena krisis AS ini. karena negara2 ini sangat bergantung pada pergerakan harga dollar AS.

Tidak ada komentar: